Buat kamu yang suka tampil gaya tapi hemat, thrifting pasti udah jadi kegiatan wajib tiap akhir pekan. Siapa sih yang gak tergoda dapet baju branded second kayak Zara, Uniqlo, H&M, bahkan Nike dengan harga cuma belasan ribu? Tapi di balik tren keren itu, ternyata ada sisi gelap yang jarang dibahas — yaitu bahaya tersembunyi di balik baju thrifting impor ilegal.
Baju bekas impor emang kelihatan harmless. Tapi faktanya, ada banyak dampak serius — mulai dari kesehatan, ekonomi lokal, sampai isu lingkungan dan hukum. Jadi sebelum kamu beli “baju preloved Korea atau Jepang” di online shop, yuk bahas tuntas kenapa kamu harus hati-hati banget.
1. Thrifting Impor Ilegal = Masuk Tanpa Izin Resmi
Kamu mungkin sering liat toko online atau lapak pasar yang ngaku jual “baju thrift original dari luar negeri.” Tapi tahu gak? Mayoritas dari mereka masuk ke Indonesia lewat jalur ilegal.
Menurut data dari Kementerian Perdagangan, impor pakaian bekas dilarang secara resmi lewat Permendag No. 40 Tahun 2022. Artinya, semua baju bekas dari luar negeri yang dijual di pasaran itu melanggar hukum.
Masalahnya di sini:
- Barang masuk tanpa proses karantina atau pemeriksaan sanitasi.
- Gak ada jaminan kebersihan, bahan, atau keamanan produk.
- Negara rugi karena pajak dan bea masuk gak dibayar.
Jadi meskipun murah, kamu secara gak sadar ikut mendukung perdagangan ilegal yang bisa berdampak besar ke ekonomi nasional.
2. Risiko Kesehatan: Baju Bekas Bisa Jadi Sarang Bakteri dan Jamur
Kelihatannya bersih, tapi banyak baju thrifting impor ternyata belum melewati proses disinfeksi yang benar. Bahkan beberapa masih menyimpan sisa keringat, jamur, atau debu dari pemilik sebelumnya.
Hasil riset dari Universitas Airlangga (2023) menunjukkan bahwa pakaian bekas impor bisa mengandung bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida, yang bisa menyebabkan:
- Alergi kulit, gatal-gatal, ruam,
- Infeksi jamur (panu, kudis, atau kutu air),
- Gangguan pernapasan akibat debu tekstil,
- Bau tak sedap yang sulit hilang meskipun dicuci berulang kali.
Buat kamu yang punya kulit sensitif atau alergi, ini bahaya banget. Sekali aja salah pakai, bisa bikin iritasi serius.
3. Limbah Tekstil dan Polusi dari Baju Bekas Dunia Ketiga
Gak semua baju yang dikirim dari luar negeri itu layak pakai. Banyak yang sebenarnya baju sisa pabrik, reject, bahkan sampah tekstil yang dibuang ke negara berkembang — termasuk Indonesia.
Menurut laporan UN Environment Programme (UNEP), lebih dari 70% pakaian bekas impor global berakhir jadi limbah baru karena kualitasnya rendah. Jadi yang kamu kira “thrifting fashion” sebenarnya cuma rebranding dari ekspor sampah tekstil.
Dampaknya:
- Tumpukan pakaian bekas di pasar jadi makin banyak dan gak bisa dijual lagi.
- Limbah tekstil yang sulit terurai mencemari tanah dan air.
- Proses pembakaran pakaian yang gak terjual bisa menghasilkan emisi berbahaya.
Jadi, beli baju thrift impor ilegal bisa berarti kamu turut menyumbang masalah lingkungan global.
4. Bikin Industri Tekstil Lokal Sulit Berkembang
Coba pikir: kalau semua orang pilih beli baju bekas impor yang cuma Rp20.000, gimana nasib brand lokal dan UMKM konveksi Indonesia?
Masuknya baju thrifting ilegal bikin produk lokal kalah saing, karena:
- Harga baju baru buatan lokal gak bisa menyaingi murahnya barang bekas.
- Permintaan produk lokal turun drastis.
- Banyak penjahit dan konveksi kecil gulung tikar karena sepi pesanan.
Padahal, Indonesia punya banyak brand lokal keren seperti Erigo, Minimal, Cotton Ink, dan This Is April yang kualitasnya gak kalah dari merek luar.
Setiap kali kamu pilih brand lokal, kamu bantu lapangan kerja dan ekonomi dalam negeri terus bertumbuh.
5. Bisa Kena Jerat Hukum dan Denda Besar
Nah ini penting banget! Banyak yang gak tahu kalau menjual atau mengimpor pakaian bekas ilegal bisa kena sanksi hukum serius.
Berdasarkan Pasal 47 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, pelaku impor pakaian bekas bisa dikenai:
- Pidana penjara hingga 5 tahun,
- Denda maksimal Rp5 miliar.
Kamu mungkin cuma pembeli, tapi kalau kamu bantu promosi, jual kembali, atau jadi reseller barang ilegal, bisa ikut terseret secara hukum.
Apalagi kalau kamu jual online dan datanya terekam — semua bisa ditelusuri lewat jejak digital.
6. Tidak Semua “Baju Thrift Branded” Itu Asli
Pernah nemu baju “Zara, H&M, atau Nike original thrift” dengan harga Rp25.000? Kedengarannya bagus banget, kan? Tapi faktanya, sebagian besar baju itu bukan original, melainkan barang tiruan atau reject pabrik yang dipalsukan tag-nya.
Beberapa kasus bahkan menemukan:
- Tag dan logo disablon ulang supaya terlihat “branded.”
- Baju reject dipoles ulang lalu dijual dengan label palsu.
- Ada juga campuran baju curian atau sisa gudang yang masuk secara ilegal.
Artinya, kamu bisa aja beli barang palsu tanpa sadar, padahal kamu niatnya pengen sustainable fashion.
7. Tidak Ramah Kesehatan Mental: “Fast Fashion Syndrome” Versi Thrift
Kedengarannya lucu, tapi fenomena thrifting juga bisa bikin kamu kecanduan belanja.
Karena harganya murah banget, kamu ngerasa gak bersalah beli banyak. Akhirnya:
- Lemari penuh baju yang jarang dipakai,
- Pola konsumsi boros,
- Dan kamu tetap merasa “gak punya baju bagus.”
Inilah yang disebut “Fast Fashion Syndrome versi thrift” — konsumsi berlebihan tanpa tanggung jawab.
Padahal konsep awal thrifting seharusnya buat mengurangi limbah dan membeli seperlunya, bukan menumpuk baju murah tiap minggu.
8. Sulit Mengetahui Asal dan Kebersihan Asli Barang
Baju thrifting impor biasanya datang dalam karung besar (bal) berisi ratusan item acak.
Gak ada yang tahu pasti:
- Dari negara mana asalnya,
- Apakah pernah dipakai di panti, gudang, atau tempat daur ulang,
- Dan bagaimana proses penyimpanannya.
Bahkan ada laporan bahwa sebagian baju bekas itu diambil dari tempat donasi bencana atau limbah pabrik.
Jadi meskipun kelihatan bersih di toko, kamu gak pernah benar-benar tahu sejarah bajunya.
9. Alternatif Aman: Pilih Thrift Lokal dan Preloved Domestik
Tenang, bukan berarti kamu harus berhenti thrifting total. Kamu masih bisa hemat dan stylish tanpa melanggar hukum.
Coba ganti dengan thrifting lokal atau preloved domestik.
Bedanya:
- Barangnya berasal dari pengguna dalam negeri.
- Masih layak pakai dan bersih.
- Gak melanggar peraturan impor.
Kamu bisa cari di marketplace yang fokus preloved lokal seperti:
- Tinkerlust
- Prelo
- Carousell Indonesia
- Atau bahkan IG thrift shop lokal yang transparan soal asal barang.
Dengan cara ini, kamu tetap bisa mendukung sustainable fashion tapi secara legal dan sehat.
10. Edukasi Diri Sebelum Belanja
Sebelum checkout atau borong baju bekas, tanyakan hal ini pada diri kamu:
- Apakah barang ini masuk secara resmi?
- Apakah aku benar-benar butuh, atau cuma lapar diskon?
- Apakah kualitas dan kebersihannya bisa dipercaya?
Belanja cerdas bukan berarti pelit, tapi peduli sama diri sendiri dan dampak jangka panjangnya.
FAQ
1. Apakah semua thrift shop ilegal?
Gak semua. Thrift lokal yang menjual pakaian bekas dari dalam negeri itu legal. Yang ilegal adalah yang menjual baju impor tanpa izin.
2. Kalau bajunya udah dicuci, masih bahaya gak?
Masih bisa. Beberapa bakteri dan jamur bisa bertahan bahkan setelah dicuci kalau gak pakai disinfektan atau suhu tinggi.
3. Apakah pemerintah benar-benar melarang baju impor bekas?
Iya. Larangan resmi tertuang dalam Permendag No. 40 Tahun 2022.
4. Apakah bisa dikenai sanksi kalau cuma beli, bukan jual?
Kalau kamu cuma beli buat dipakai pribadi, risikonya lebih ke kesehatan, bukan hukum. Tapi kalau kamu jual ulang, itu bisa melanggar aturan perdagangan.
5. Apa alternatif terbaik selain thrift impor?
Coba preloved lokal, brand lokal ramah lingkungan, atau beli baju basic yang awet dan bisa dipakai lama.
6. Kenapa baju impor bisa lebih murah dari produk lokal?
Karena gak bayar pajak, bea masuk, dan sering kali berasal dari limbah tekstil luar negeri.
Kesimpulan
Thrifting itu seru, hemat, dan bisa jadi gaya hidup berkelanjutan kalau dilakukan dengan benar. Tapi begitu kamu beli baju thrifting impor ilegal, kamu gak cuma ambil risiko kesehatan — kamu juga ikut menyumbang pada masalah ekonomi, lingkungan, dan hukum.
Sekarang saatnya jadi pembeli yang lebih sadar dan bijak. Pilih barang preloved dari sumber lokal, pastikan bersih, dan beli secukupnya. Karena gaya keren sejati bukan dari harga baju yang kamu pakai, tapi dari kesadaran kamu memilih dengan bijak.